Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Sebut saja namanya Mbak Iki (bukan nama sebenarnya). Gadis hitam manis mengenakan tank top, berjalan *kelihatannya* penuh percaya diri sambil mendorong trolinya.
Mbak Iki dan saya sama-sama sedang mengantri untuk check-in. Sempat ngobrol sebentar, ternyata ini kali pertamanya pergi sendirian, biasanya selalu bareng teman. Check-in, bagasi, selanjutnya urusan fiskal.
“Mbak Iki bayar fiskal ngga?”
“Tak lah. Saye kan dah kerje di sane.”
“Kalau gitu, harus isi form permohonan bebas fiskal.”
Surat bebas fiskal saya sudah keluar. Mbak Iki mengurus formnya sendiri.
“Tak boleh. Mesti bayar lah”, sambil ngeloyor pergi ke loket pembayaran.
Saya masih terheran-heran.
“Kok bayar Mbak Iki? Kan udah kerja disana. Ada ID card sana ngga?”
“Tak ade.”
“Ooo……”, sambil mikir karena masih bingung. “Mbak, kalau udah kerja disana harusnya punya ID card. Nah setelah itu bisa urus bebas fiskal di KBRI sana”, saya menjelaskan dengan semangat.
“Iye ke?”
Kita ngobrol-ngobrol lagi sambil jalan ke pemeriksaan imigrasi. Antri di belakang mbak Iki, kenapa lama sekali? Akhirnya saya pun pindah ke antrian sebelah. Selesai lah urusan imigrasi.
Mbak Iki di hand over ke petugas yang lain. Samar-samar saya dengar
“Tolong lah Pak”, suara mbak Iki memelas.
Saya coba agak mendekat
“Macam mane ni Pak?”
“Tidak bisa. Harus ganti passport dulu. Dulu buatnya dimana?”
“Di Jawa.”
“Berarti gantinya disana juga.”
Kemudian mbak Iki diminta menemui petugas yang lain.
Ya Alloh, ternyata…
Mbak Iki memang seorang TKW… tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Kepergiannya kali ini dalam rangka berlibur, menemui kawannya yang masih disana, menggunakan passport TKI.
Sampai disini saya ngga tahu lagi bagaimana nasib Mbak Iki. Juga nasib tiket return-nya seharga 178 USD, nasib kopernya yang sudah masuk bagasi, nasib pajak bandara yang 100 ribu rupiah, juga nasib pembayaran fiskalnya sebesar 1 juta rupiah.
Harusnya Mbak Iki satu pesawat dengan saya. Tapi saya tidak melihatnya didalam pesawat, bahkan sampai akhirnya sampai ditujuan….
Ah…. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana kesudahan kejadian ini.
**
Yang pertama,
Malu bertanya sesat dijalan. Pepatah ini memang benar adanya. Kalau memang belum tahu, tidak ada salahnya bertanya, mencari informasi yang jelas. Terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan prosedur dan uang!
Yang kedua,
Ada passport biasa. Ada passport TKI. Ada passport haji. Tapi kenapa tidak ada passport pekerja kantoran? Tidak ada passport pelajar? Tidak ada passport plesiran? Bingung karena kebanyakan?
Ok, kalau bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit? Cukup satu passport, PASSPORT INDONESIA. Masalah peruntukannya, terserah kepada setiap orang. Selama tidak melanggarhukum di Indonesia dan negara lain yang dituju, ngga masalah kan?!
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Note: Semoga engkau baik-baik saja Mbak
No comments:
Post a Comment